Jumat, 03 Februari 2012

Rokok Tidak Diskriminatif

Setiap orang tahu bahwa rokok memiliki zat-zat yang berbahaya. Zat yang berbahaya tersebut tentunya akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Namun menyedihkan dan miris ketika justru rokok adalah salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua kalangan masyarakat. Dalam istilah lain rokok tidak diskriminatif. Rokok akan merayu semua kalangan, dari yang kaya hingga yang miskin, dewasa hingga yang anak anak sekalipun akan termakan oleh rayuannya

Dari data yang saya dapatkan dari KOMPAS konsumsi masyarakat miskin akan rokok berada di tingkat kedua setelah padi padian atau makanan pokok. Berbeda dengan konsumsi kaum yang berkecukupan akan rokok, yaitu urutan ke enam. Dapat dilihat kaum yang tidak berkecukupan dapat mengorbankan berbagai kebutuhan akan keluarga demi beberapa isapan yang dapat membunuh, tidak hanya pengguna namun juga orang di sekitarnya khususnya keluarga. Bukannya memperbaiki taraf hidup seperti memperbaiki gizi keluarga dan meningkatkan pendidikan anak, rokok justru dapat lebih diutamakan. Adalah hal yang cukup membuat prihatin ketika kebutuhan keluarga dapat diterlantarkan. Berbeda dengan keluarga yang kaya dapat melakukan pengobatan jika terjadi sesuatu karena rokok, keluarga miskin bahkan kesulitan mendapatkan surat keterangan miskin dan mendapatkan pelayanan yang layak di rumah sakit. Kita juga tahu tingkat kematian akan rokok di dunia cukup tinggi. Menurut Menteri Kesehatan Endang R. Sedyaningsih mengurangi jumlah perokok miskin akan banyak berkontribusi untuk mengurangi subsidi kesehatan yang melayani penyakit akibat rokok.

Fakta lain yang saya dapat dari The Global Youth Survey Tahun 2006, 6 dari 10 pelajar (64,2 persen) yang disurvei terpapar asap rokok selama mereka di rumah. Lebih dari sepertiga (37,3 persen) merokok, bahkan 3 di antara 10 pelajar atau 30,9 persen pertama kali merokok pada umur di bawah 10 tahun. Umur pertama kali merokok justru dapat menembus angka  10 tahun, mengejutkan bagi saya yang sampai sekarang bahkan tidak ada niat untuk memulai merokok. Meningkatnya jumlah perokok anak di Indonesia kebanyakan disebabkan oleh maraknya iklan iklan rokok yang tampil secara bebas, meskipun adegan merokok dihilangkan namun tetap saja anak akan tau merk rokok yang akan digunakan. Cara merokoknyapun dapat di dapatkan dari orang sekitar, contohnya seorang anak yang tinggal di keluarga perokok tentunya akan selalu melihat anggota keluarganya merokok, lambat laun ketertarikan anak akan merokok juga dapat terus meningkat. Terlebih lagi merokok yang dianggap "jantan" dan hebat juga dapat menjadi faktor akan munculnya perokok usia dini. Jujur, saya sangat perihatin ketika melihat anak anak merokok di kereta, kebanyakan yang saya lihat di kereta adalah anak anak yang terlantar dari segi ekonomi maupun pendidikan.


Dari pengamatan di kehidupan sehari hari, larangan akan merokok justru dapat lebih memicu munculnya perokok baru dan tidak efektif untuk mengurangi tingkat perokok. Menurut saya justru lebih efektif penyuluhan akan bahaya rokok daripada larangan yang terus digembor gemborkan pemerintah. Pemerintah Daerah juga sebaiknya membantu agar penyluhan kampanye anti rokok dapat dilakukan. Dibawah ini akan saya tampilkan juga berbagai iklan kampanye anti rokok yang menarik dan dapat lebih mudah dimengerti oleh berbagai lapisan masyarakat bahkan ke yang kurang berpendidikan sekalipun

sumber: rokokituberbahaya.wordpress.com, bebasrokok.wordpress.com